Kamis, 20 Oktober 2011

makalah persiapan profesi guru penjas

PENTINGNYA LATAR BELAKANG PENDIDIKAN YANG SESUAI BAGI GURU PENJAS PROFESIONAL
A.      Pendahuluan

Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang pasti ada di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan jasmani diberikan karena memiliki peran dan fungsi merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani siswa. Pendidikan jasmani tidak sama dengan olahraga, karena dalam pendidikan jasmani terdapat latihan-latihan yang bertujuan untuk memperkuat otot, mempertinggi koordinasi, menjaga kesehatan tubuh, selain itu juga bertujuan untuk membentuk watak para siswa.

Tinjauan pokok dari pendidikan jasmani adalah gerak, dan dari gerak tersebut akan memberikan efek positif bagi fisik maupun mental seseorang. Selain itu kegiatan dalam pendidikan jasamani harus diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Seorang guru pendidikan jasmani hendaknya menguasai semua hal terkait dengan pendidikan jasmani atau aktivitas olahraga yang akan diajarkan di sekolah. Selain itu seorang guru pendidikan jasmani bukan sekedar menyaampaikan ilmu, namun juga nilai. Dalam menghadapi peserta didiknya yaitu siswa seorang guru juga harus paham dengan tingkat perkembangan siswanya. Sehingga dalam menjalankan tugas, seorang guru bisa melakukannya dengan baik.

Fakta yang terjadi di lapangan saat ini banyak terdapat guru pendidikan jasmani yang tidak sesuai dengan bidangnya. Hal ini dapat dikarenakan terbatasnya tenaga pendidik pendidikan jasmani di daerah tersebut. Sehingga guru yang berlatar belakan pendidikan bukan dari pendidikan jasmani mengajar penjas di sekolah.

Dari hal tersebut dapat dipastikan pendidikan jasmani menjadi kurang bermanfaat karena guru tersebut kemungkinan hanya mengajarkan kegiatan olahraga secara garis besar atau berdasar apa yang diketahui oleh guru tersebut. Sehingga muncul permasalahan tentang bagaimana pentingnya latar belakan pendidikan yang sesuai bagi seorang pendidik, dalam hai ini adalah seorang guru pendidikan jasmani.



B.       Pengertian profesional

Profesional berasal dari kata profesi. Profesi sendiri memiliki arti bidang pekerjaan yg dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Atau bisa diartikan suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dari pergurun tinggi. Sehingga profesi bukan hanya sekedar suatu pekerjaan seseorang, namun profesi memerlukan pemahaman ilmu yang sesuai dengan pekerjaan tersebut.

Profesional dapat bermakna suatu profesi yang dijalankan dengan penuh komitmen serta tanggung jawab. Dalam salah satu sumber menyatakan bahwa profesional berkaitan dengan profesi, memerlukan keahlian/ kepandaian khusus untuk menjalankannya serta mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya atau merupakan lawan dari amatir (http://kamusbahasaindonesia.org/profesional).

Professional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan “profesional” ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi (http://amrilmpunj.blogspot.com/2008/09/pengertian-profesi.html).

Suatu profesi mengharuskan seseorang untuk mendalami kemampuan khusus sesuai dengan profesi tersebut. Orang yang profesional mampu menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi yang dimilikinya. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya. Karena hal ini terkait dengan hasil dari pekerjaannya tersebut. Jika seseorang mejalankan suatu profesi namun tidak memiliki kemampuan yang sesuai maka hasil dari pekerjaannya bisa dikatakan kurang memuaskan.



C.      Guru profesional

Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian yang wajib dimiliki oleh pelakunya. Tidak hanya mampu menyampaikan suatu ilmu pada peserta didiknya, namun juga guru harus mampu menjadi orang tua bagi siswa di sekolah. Seperti yang diketahui orang tua adalah tokoh yang selalu dihormati dan diperhatikan segala tingkah lakunya oleh anak (dalam hal ini siswa). Sehingga guru tidak boleh bertingkah dalam segala hal dengan sembarangan.

Guru yang profesional akan menjalankan tugasnya dengan baik apabila memiliki kemampuan serta motivasi untuk menjalankan tugasnya tersebut. Jadi walaupun seorang guru memiliki kemampuan yang tinggi namun tidak memiliki motivasi pada dirinya untuk menjalankan tugas tersebut maka tidak akan bisa menjalankan tugasnya secara profesional (Ibrahim Bafadal, 2009:5).

Guru profesional dalam menjalankan tugasnya yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan serta hal yang terkait dengan pendidikan harus memiliki visi yang sesuai dan aksi/ pelaksanaan dari visi tersebut. Karena “visi tanpa aksi adalah bagaikan sebuah impian, aksi tanpa visi adalah bagaikan perjalanan tanpa tujuan dan membuang-buang waktu saja; visi dengan aksi dapat mengubah dunia.”

Visi merupakan pandangan. Guru diharuskan memiliki pandangan yang tepat terhadap pembelajaran yaitu pembelajaran merupakan inti dari pendidikan, inovasi, serta pengabdian terhadap profesinya. Sedangkan aksi merupakan tindakan atau pelaksanaan dari visi tersebut. Dengan begitu seorang guru dalam menjalankan tugasnya dapat memeroleh hasil yang baik dan berguna bagi pendidikan serta kualitas peserta didik yang berada di bawah asuhannya atau yang ditanganinya.

Selain harus memiliki keterampilan atau kemampuan menjalankan tugas sebagai seorang guru, tenaga pendidik atau guru juga harus memegang kedo etik guru yang ada. Kode etik guru tersebut antara lain:

1.      Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2.      Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3.      Guru berusaha memeroleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4.      Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

5.      Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6.      Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesionalnya.

7.      Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8.      Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9.      Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Dengan melihat kode etik guru tersebut dapat diketahui bahwa profesi seorang guru bukanlah pekerjaan yang sembarangan. Diperlukan keahlian dan tanggung jawab yang tinggi terhadap profesinya. Guru harus memegang teguh kode etik tersebut agar profesinya bisa dijalankan dengan baik.

Sebagai tenaga professional, guru dituntut untuk selalu mengembangkan keprofesionalannya dengan berbagai macam cara, seperti diklat, pendidikan profesi guru (PPG), dan sebagainya. Untuk hal profesionalisme guru memiliki beberapa prinsip-prinsip, antara lain:

1.      Bahwa profesi guru merupakan profesi yang berdasarkan bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2.      Menuntut komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, iman takwa, dan akhlak mulia.

3.      Adanya kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang relevan.

4.      Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya di sekolah.

5.      Menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan bangsa.

Guru yang profesional juga harus memiliki kompetensi yang terkait dengan tugasnya sebagai pendidik. Kompetensi tersebut antara lain:

1.      Kompetensi kepribadian yang berkaitan dengan akhlak, sikap berwibawa, dewasa, dapat dijadikan teladan bagi siswa-siswanya, dan sebagainya.

2.      Kompetensi pedagogik yang terkait dengan bidang pendidikan, pembelajaran, pemahaman terhadap peserta didik, dan hal lain yang terkait dengan proses pendidikan.

3.      Kompetensi profesional yaitu memahamai materi atau bidang ajar yang dimilikinya sebagai seorang guru secara luas dan mendalam.

4.      Kompetensi sosial yaitu mampu berkomunikasi dan bergaul secara baik dengan siswa, guru lain, atau masyarakat.

Baik dilihat dari kode etik guru maupun kompetensi yang harus dipegang dan dijalankan, profesi sebagai seorang guru bukanlah hal yang dapat dikatakan mudah. Guru tidak boleh berperilaku yang menimbulkan kesan buruk di mata siswa, guru lain maupun masyarakat. Di dalam masyarakat pun guru dianggap orang yang sangat dihormati. Oleh karena itu tidak hanya di sekolah mereka harus bersikap baik, namun di masyarakat juga harus menjaga sikap.

D.      Tugas guru penjas

Secara umum pendidik merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi perkembangan peserta didik. Karena tugas seorang guru adalah tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan namun juga nilai kepada peserta didik. Guru berperan dalam perancangan pemeblajaran di kelas, pengaturan kelas dan pengendalian siswa, serta penilaian hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu peran seorang guru sangatlah penting bagi kelangsungan dan keberhasilan pendidikan dan pembelajaran.

Walau untuk peresapan bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru juga bergantung pada siswa yang ditanganinya, guru tidak boleh memaksakan penyampaian ilmu tersebut dapat diterima oleh siswa. Hal ini karena hasil pendidikan dan proses kemajuan setiap siswa tidaklah sama. Sehingga seorang guru harus bersikap sabar dan telaten dalam membina peserta didiknya.

Guru dalam menjalankan pekerjaannya tidak hanya berhenti pada kegiatan belajar mengajar saja. Terkait dengan hal tersebut guru juga perlu menyusun rencana pembelajaran terkait denga kurikulum. Penyusunan pembelajaran tersebut juga bukan sekedar hal yang sepele. Karena baik buruknya kurikulum bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam menjabarkan serta merealisasikan kurikulum tersebut.

Tugas seorang guru pada umumnya adalah sebagai pendidik yaitu melakukan transformasi nilai-nilai dan pembentukan pribadi, sedangkan pengajar yang berarti guru bertugas penyaluran ilmu pengetahuan serta keterampilan. Tugas tersebut berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia yang pada akhirnya menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa (Dwi Siswoyo, 2008). Hal ini karena guru mendidik siswanya yang kelak pasti akan memilih karir sesuai dengan keinginan mereka, sehingga segala yang dilakukan oleh seorang guru akan berpengaruh pada kualitas siswanya.

Guru dalam bertugas sangatlah erat kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut mereka mengahadapi siswa yang dalam hal ini melakukan “perbuatan belajar.” Perbuatan belajar itu sendiri bermakna kegiatan yang dilakukan di mana di dalamnya terdapat suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Berikut ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sehubungan dengan belajar dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar.

1.         Siswa adalah manusia yang mempunyai kebutuhan di dalam dirinya. Guru harus mengerti keadaan siswa agar dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

2.         Guru perlu memerhatikan adanya faktor penyesuaian diri seorang anak/ siswa terhadap suatu situasi.

3.         Guru pada waktu mengajar dihadapkan pada kurikulum yang akan diajarkannya dengan buku pelajaran yang sesuai dengan kurikulum tersebut.

4.         Guru seharusnya telah memiliki metoda mengajar agar dengan tepat ia dapat menyajikan bahan pelajaran kepada para siswa.

5.         Guru mengadakan penilaian.

6.         Guru perlu mengetahui bahwa dalam peristiwa belajar terdapat tiga komponen, yaitu siswa, stimulus/ rangsangan, dan respons/ jawaban.

(Rochman Natawidjaja, 1979: 6-12)

Sikap seorang guru tidak boleh membuat munculnya kesan negatif pada pandangan semua pihak. Selain itu guru harus memahami perkembangan peserta didik yang sedang mereka tangani. Sebagai contoh pada perkembangan akhir masa kanak-kanak, guru berperan mendukung penyesuaian diri anak tersebut. Guru harus pengertian dan kompeten. Jika guru bersikap disiplin akan dianggap tidak adil oleh anak atau sesuatu yang menentang anak tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda. Dalam setiap tingkat perkembangan, siswa senantiasa melakukan usaha penyesuaian diri terhadap lingkungan serta terhadap tingkat perkembangan yang lebih tinggi.

Di sekolah, seorang guru penjas juga memilki mutiperan. Mutiperan tersebut antara lain:

1.      Peran guru pendidikan jasmani yaitu sebagai tenaga pendidik, pengajar, pembimbing, serta pelatih. Pendidik dan pengajar berkaitan dengan nilai, pengajar berkaitan dengan ilmu pengetahuan, dan pelatih yang bertugas melatih siswa di bidang keterampilan atau skill.

2.      Membantu mengelola program sekolah serta pengembangan program sekolah.

3.      Mengembangkan keprofesionalan. Dalam hal ini guru penjas sebagai tenaga profesional di sekolah.

E.       Latar pendidikan guru penjas

Sampai detik ini masih banyak sekolah yang belum memiliki tenaga pengajar pendidikan jasmani yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran tersebut yakni pendidikan jasmani. Tidak hanya pendidikan jasmani, namun mata pelajaran lain juga banyak diberikan oleh guru yang bukan di bidang mata pelajaran tersebut. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya tenaga pendidik yang ada di daerah itu. Namun disamping itu juga bisa disebabkan oleh penataan oleh pemerintah terhadap tenaga pendidik yang sesuai denga bidang studi terkait.

Latar belakang pendidikan yang sesuai bagi guru sangat penting bagi jalannya proses pembelajaran maupun kualitas siswa atau lulusan dari sekolah tersebut. Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar, terutama guru pendidikan jasmani, guru harus menguasai materi secara menyeluruh. Hal ini terkait dengan kompetensi profesional yang harus dijalankan oleh guru tersebut.

Seorang guru dapat dikatakan profesional apabila mampu menguasai bidangnya denga baik dan mendalam. Guru pendidikan jasmani bisa dikatakan berbeda dengan guru lain. Karena guru penjas tidak sekedar menyampaikan ilmu dengan kata-kata atau tulisan. Namun guru penjas terkait dengan keterampilan yang dipraktikan langsung di depan peserta didiknya. Sehingga seorang guru pendidikan jasmani harus terampil dalam mempraktikan aktivitas tertentu dalam proses pembelajaran. Jika guru tidak sangat ahli pada salah satu olahraga tertentu, minimal guru tersebut bisa melakukan dengan gerakan yang benar walau tidak sangat ahli pada olahraga tersebut.

Karena guru pendidikan jasmani bukan sekedar menyampaikan ilmu secara lisan atau tertulis, maka keterampilan seorang guru pendidikan jasmani haruslah baik. Sehingga latar belakang pendidikan yang sesuai untuk guru pendidikan jasamani adalah pendidikan jasmani itu sendiri yang terdapat pada perguruan tinggi. Dalam pendidikan di perguruan tinggi tersebut, calon guru penjas tidak hanya dilatih tentang cabang olahraga secara umum, namun juga mempelajari cara mengajar, mendalami perkembangan peserta didik yang kelak akan mereka hadapi, dan semua yang terkait pada proses pembelajaran di sekolah.

Faktor guru perlu mendapat perhatian utama karena hal tersebut berpengaruh terhadap efektivitas sekolah. Saat ini sedang ramai-ramainya kegiatan pelatihan atau penataran terhadap profesi guru. Dengan adanya pelatihan tersebur guru memiliki kesempatan untuk meningkatkan produktivitas, penyesuaian informasi, serta strategi baru dalam pembelajaran. Hal ini menjadi penting karena berhasil tidaknya reformasi di sekolah maupun kegiatan belajar mengajar juga bergantung pada guru.

F.       Penutup

Profesi sebagai seorang guru bukanlah hal yang mudah. Karena berasal dari pendidikan yang diberikan oleh guru maka tidak menutup kemungkinan bahawa peserta didiknya kelak akan menjadi orang yang hebat. Seperti pejabat negara, pengusaha, dan sebagainya. Sehingga dalam menjalankan tugasnya seorang guru harus benar-benar mendalami apa yang dikuasainya.

Fakta yang terjadi di masyarakat saat ini banyak terdapat guru yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Sehingga materi yang diberikan pun bisa jadi kurang mendalam. Sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa maupun kualitas lulusan dari sekolah tersebut.

Keprofesionalan seorang guru bisa didapat melalui pendidikan yang sesuai dengan bidang mata pelajaran yang mereka ajarkan. Dengan begitu penyampaian materi juga bisa mendalam dan tepat. Pendidikan tersebut berasala dari pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini adalah penting karena di perguruan tinggi dengan jurusan pendidikan yang sesuai maka akan mencetak tenaga profesional di bidangnya.

Namun setelah lulus dari pergururan tinggi tersebut dan telah menjadi seorang guru, mereka tidak boleh berhenti sampai disitu saja. Guru harus meningkatkan tingkat keprofesionalannya dengan mengikuti kegiatan seperti pelatihan atau penataran. Dengan begitu maka dalam menjalankan profesinya, seorang guru bisa dianggap profesional.

Dalam hal ini terutama guru pendidikan jasmani. Mereka tidak hanya memberikan materi pendidikan jasmani melalui lisan atau tertulis, namun lebih banyak menggunakan praktik langsung. Sehingga jika mereka bukan berasal dari pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran tersebut maka penyamapaian materi menjadi kurang mendalam.

Sebagai contoh, walaupun ada seorang guru pendidikan jasmani yang  berasal dari latar belakan pendidikan kepelatihan, memang mereka bisa melakukan atau mempraktikkan gerakan yang baik, namun tugas seorang guru pendidikan jasmani tidak hanya pada praktik pada saat proses balajar mengajar, namun juga bertugas menyusun rencana pembelajaran, kurikulum, dan sebagainya. Sedangkan pada pendidikan kepelatihan di perguruan tinggi mereka tidak mendapat mata kuliah terkait hal tersebut yaitu penyusunan kurikulum atau rencana pembalajaran. Sehingga kualitas mereka juga masih kurang memenuhi.




DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. 2009. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

Brophy, Jere E. dan Good, Thomas L.. 1974. Teacher-Student Relationship. USA : Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Eggen, Paul D., Kauchak, Donald P., dan Harder, Robert J.. 1979. Strategies For Teacher. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Griffin, Linda L. dan Butler, Joy L.. 2005. Model Pembelajaran Pendekatan Taktik; Teori, Penelitian, dan Praktik.

Hamalik, Oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya





Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Renyang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia volume 6, No. 1, April 2009. Yogyakarta : POR FIK UNY

Kedaulatan Rakyat. Selasa, 26 Juli 2011. Guru Tak Sesuai Bidang Studi, PGRI Dorong Perlunya Penataan

Majalah Ilmiah Olahraga volume 14, April 2008, TH. XIV. NO. 1. Yogyakarta : FIK-UNY

Mulyasa, H.E.. 2009. Penelitan Tindakan Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Natawidjaja. Rochman. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Percetakan Aqua Press, C.V. Mutiara

Siswoyo, Dwi, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar