Kamis, 20 Oktober 2011

observasi sarpras penjas

OBSERVASI SARANA DAN PRASARANA PENJAS DI MTsN DLINGO BANTUL

A.    IDENTITAS SEKOLAH

Nama sekolah       : MTsN Dlingo Bantul

Alamat sekolah    : Jl. Muntuk Desa Muntuk Kecamatan Dlingo Bantul

Luas sekolah        : 4005 m2



B.     JUMLAH SISWA DAN KELAS

a.       Total siswa     : 175

Siswa putra    : 100

Siswa putri     : 75

b.      Total kelas      : 8 ruang

Kelas 7           : 2 ruang

Kelas 8           : 3 ruang

Kelas 9           : 3 ruang



C.    GURU PENJAS DAN JAM MENGAJAR

Jumlah guru penjas                       : 2 guru

Jam mengajar guru penjas            : masing-masing 2 jam x 4 kelas



D.    SARANA

Alat
Jumlah
Merk
Keterangan
Kondisi
Bola sepak
2
Mikasa
Bajakan
Cukup baik
Bola voli
2
Mikasa
Asli
Cukup baik
Peluru
4 (3 kg)
-
Asli
Kurang
Lembing
4
-
-
Cukup baik
Raket
8
Yonex
Bajakan
Cukup baik
Shuttlecock
2 pack
Maleo
Asli
Baik
Tali skipping
2
-
Asli
Baik
Bat tenis meja
4
-
Asli
Baik
Bola plastik
10
Lener sport
Asli
Baik





E.     PRASARANA

Fasilitas
Perkakas
Kondisi
Keterangan
kepemilikan
Bak pasir lompat jauh
-
Standar
Tidak layak
Sekolah
-
Meja tenis meja
Standar
Tidak layak (rusak)
Sekolah



Fasilitas untuk lompat jauh berukuran standar, namun karena jarang sekali digunakan sehingga batas tepi bak pasir tidak terlihat karena tertutup pasir dan tanah serta rumput yang tumbuh. Menurut guru penjas jika akan menggunakan bak pasir tersebut maka harus dicangkul dan dibersihkan dari rumput liar yang tumbuh.

Siasat guru penjas dalam melaksanakan pelajaran penjas dengan prasarana yang kurang tersebut dengan variasi olahraga seperti jalan atau lari di jalan sekitar sekolah. Terkadang pelajaran dilakukan di lapangan milik desa yang jarak tempuh dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Namun karena hal itu juga memakan waktu perjalanan maka pelajaran penjas lebih sering dilakukan di sekolah.

F.     ANALISIS, KRITIK, DAN SARAN

MTsN Dlingo terletak di daerah pedesaan yang tepatnya di sebuah gunung. Terletak di lokasi yang cukup tinggi dan lahan yang tidak rata atau berbukit. Sehingga letak antara gedung sekolah satu dengan yang lain tidak dalam tanah yang sejajar.

Lokasi seperti ini sulit untuk membuat lapangan yang berukuran standar atau layak. Karena daerah yang tidak rata dan menanjak. Sekolah memiliki satu buah halaman yang biasa digunakan untuk upacara. Halaman ini dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran penjas di sekolah ini dengan kegiatan seperti sepak bola, bulutangkis atau bolavoli.

Saat pembelajaran penjas, kegiatan yang paling sering dilakukan adalah sepakbola untuk siswa laki-laki dan untuk siswa perempuan biasanya bermain bulutangkis dan bolavoli. Walau bukan permainan sesungguhnya karena tidak memiliki lapangan atau net untuk bolavoli dan bulutangkis, namun kegiatan ini sudah dinggap sebagai pembelajaran penjas.

Sekolah ini memiliki dua guru penjas namun keduanya bukan dari lulusan pendidikan jasmani. Melainkan guru PKN dan BK. Mereka mengajar penjas berdasarkan apa yang mereka ketahui tentang olahraga, hanya tentang garis besarnya saja. Hal ini kurang efektif karena penjas harusnya diberikan kepada siswa oleh guru yang memiliki latar belakang pendidikan jasmani atau olahraga.

Walau lokasi sekolah yang tidak memungkinkan untuk membuat lapangan yang berukutran standar, tapi setidaknya guru mempunyai inisiatif untuk membuat modifikasi permainan yang menyenangkan atau bisa mewakili kegiatan olahraga agar inti dari pendidikan jasmani bisa terlaksana, yakni gerak. Kegiatan olahraga tidak harus dengan permainan yang sesungguhnya, karena lokasi yang tidak memungkinkan, namun terdapat bagian-bagian permainan yang seperti permainan sesungguhnya. Selain itu halaman yang dimiliki bisa diberi perlengkapan permainan seperti net yang bisa dilepas setelah digunakan, agar pembelajaran juga bisa efektif.

Saran untuk guru maupun kepala sekolah adalah untuk memanfaatkan halaman yang dimiliki dengan membuat tempat untuk tiang net yang bisa dibongkar pasang kembali setelah digunakan. Tidak harus tiang permanen agar halaman tersebut juga bisa digunakan untuk kegiatan lain. Selain itu perkakas yang sudah rusak bisa diperbaiki agar bisa digunakan. Seperti contohnya meja tenis meja yang rusak bisa diperbaiki agar bisa menambah variasi kegiatan penjas di sekolah tersebut.

Jika pihak sekolah tidak melakukan perbaikan maka selamanya fasilitas atau perkakas tersebut akan selalu seperti itu dan bisa jadi kegiatan pembelajaran tidak efektif. Selain itu para siswa juga bisa merasa bosan terhadap kegiatan penjas yang melakukan hal itu-itu saja. Penjas tidak harus dengan permainan yang sesuai dengan peraturan sesungguhnya karena inti dari pendidikan jasmani adalah gerak. Sehingga permainan tradisional pun bisa digunakan untuk mengisi pelajaran penjas di sekolah.

Dari penjelasan tersebut, banyak usaha yang bisa dilakukan agar kegiatan pembelajaran bisa berjalan efektif dan menyeluruh. Seperti contohnya membuat lubang di halaman sekolah untuk tempat tiang net yang bisa dibongkar pasang, membersihkan bak pasir untuk lompat jauh dari rumput dan menatanya kembali, memperbaiki meja tenis meja yang sudah rusak agar bisa digunakan karena sekolah memiliki bat tenis meja namun meja tenis mejanya rusak, sehingga alat tersebut tidak digunakan.

Pembuatan fasilitas atau perkakas baru tidah harus dengan barang yang mahal atau kualitas baik. Memanfaatkan bahan yang ada lebih baik daripada menggunakan barang yang terlalu mahal atau sulit didapat. Seperti tiang untuk net bisa dari batang bambu serta netnya tidak harus net asli, bisa dibuat dari tali plastik yang lebih murah.

Selain itu, usaha yang bisa dilakukan bukan hanya terhadapa alat, perkakas, atau fasilitas yang ada, perbaikan bisa dilakukan pada modifikasi permainan yang bisa membuat seluruh siswa yang mengikuti pelajaran aktif bergerak. Permainan  bisa mengadopsi dari permainan sesungguhnya atau dari permainan tradisional. Permainan dimodifikasi sedemikian rupa sehinggga bisa membuat seluruh siswa aktif dan bersifat menyenangkan. Karena jika kegiatan penjas yang dilakukan hanya dengan kegiatan yang sama dan berulang-ulang maka siswa dapat merasa bosan.

Dengan adanya perbaikan atau modifikasi terhadap alat atau permainan untuk kegiatan penjas di sekolah tersebut maka keefektifan pembelajaran dapat tercapai. Selain semua siswa dapat terlibat dalam kegiatan, variasi kegiatan juga akan bertambah dan dapat mengurangi rasa bosan siswa terhadap kegiatan pembelajaran penjas. Variasi terhadap permainan tradisional yang digunakan juga bisa melestarikan permainan tradisional yang ada di daerah tersebut. Karena banyak permaina tradisional yang menggunakan banyak gerak sehingga seseorang bisa aktif bergerak di dalam kegiatan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar